Sejarah desa kelahiran ku desa bonjeruk


SEJARAH DESA BONJERUK, KEC, JONGGAT
Kata “Bonjeruk” kita pasti akan berpikir “Sumur Jeruk” karena bila dilihat dari asal katanya “bon” artinya “sumur” dan jeruk artinya “jeruk” juga dalam Bahasa Sasak. Tetapi, bila Anda berkunjung ke Desa Bonjeruk Anda tidak akan menemukan Sumur Jeruk tetapi yang akan Anda temukan adalah sumur yang di dekatnya tumbuh pohon jeruk. Begitulah ceritanya nama sumur yang ada di Desa Bonjeruk yang kemudian dijadikan nama desa. Desa dimana masyarakatnya dalam kesehariannya menggunakan bahasa “Meriak Meriku” .. Perlu diketahui juga bahwa hampir semua nama tempat yang ada di Desa Bonjeruk diawali dengan kata “bon” atau “lengkok” yang artinya juga sumur dalam Bahasa Sasak.
                Desa bonjeruk adalah salah satu desa yang ada di kab. Lombok Tengah. Desa bonjeruk memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri dibanding dengan desa lainnya. Selain dikenal dengan desa sejarah  desa bonjeruk juga sangat kental dengan adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun oleh pasukan balok.
Kenapa desa bonjeruk dikenal dengan desa sejarah?? “ karena desa bonjeruk pernah menjadi pusat pemerintahan ke disarikan pada zaman dunia Belanda. Yakni distrik jonggat yang dipimpin oleh mamih oleng. Desa bonjeruk juga merupakan desa kelahiran bupati pertama Lombok Tengah yaitu Bpk Lalu Srinata
Desa bonjeruk juga memiliki panorama alam yang baik, baik itu pertanian, perkebunan, hingga perdagangan, yang lebih menarik lagi di dalam desa ini terdapat potensi wisata yang cukup menjanjikan.
Desa Bonjeruk termasul desa tertua di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.  Desa ini sudah pecah menjadi beberapa desa yaitu ,ubung,bunkate dll. Asal kata Jonggat tersebut nama Jonggat diambil dari sebuah nama tempat yang ada di Desa Bonjeruk. Kalau biasanya di kecamatan lain untuk nama kecamatannya diambil dari salah satu desa di kecamatan tersebut lain halnya dengan Kecamatan Jonggat. Jonggat bukan nama dari sebuah desa. Tetapi, Jonggat adalah nama sebuah tempat yang ada di bagian barat Desa Bonjeruk..
 kenapa Jonggat dijadikan nama dari Kecamatan Jonggat? Menurut cerita yang saya dengar dari papuk-balok (nenek-moyang) dan keturunan langsung dari Datu Jonggat yaitu Lalu Muhammad Amin, MA nama Jonggat diambil menjadi nama kecamatan karena di Jonggat inilah tempat tinggalnya Datu atau Raja.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata desa bonjeruk

Gambar
Yang bisa dikunjungi didesa bonjeruk adalah Rumah peninggalan sejarah papuk balok ( nenek moyang) yang terletak di timur peken (timur pasar). Masjid sejarah raden Nune Umas Raden Nune Umas adalah nama salah satu masjid di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat. Masjid itu diperkirakan berdiri sejak 1886 dan menjadi simbol kebesaran Islam kala itu. DIBUTUHKAN waktu sekitar sepuluh menit dari perempatan Desa Puyung untuk mencapai Masjid Raden Nune Umas. Jika diukur, jaraknya sekitar 6 kilometer. Sementara, dari pertigaan Desa Ubung, jaraknya lebih jauh lagi, sekitar 10 kilometer. Kondisi jalan yang mulus, membuat langkah menuju masjid bersejarah tersebut lebih singkat. Dari kejauhan, nampak tidak ada simbol perjalanan historis yang ditinggalkan. Namun, jika didalami ada beberapa peninggalan sejarah yang masih tersimpan rapi. Sejarah masjid itu pun menjadi buah bibir masyarakat. Sehingga, mereka berupaya memelihara dan menjaganya. Di salah satu sisi tembok masjid ...
Baca selengkapnya

Budaya desa kelahiran ku desa bonjeruk

Gambar
BUDAYA & ADAT ISTIADAT DESA BONJERUK Masyarakat Desa Bonjeruk masih terbagi menjadi 3 golongan (kasta), yaitu Bangsawan, Ningrat atau Menak, Pruangse dan Jajar Karang, Bulu Ketujur atau masyarakat biasa. Ketiga golongan ini mempunyai perbedaan dan peran di masyarakat. Golongan bangsawan adalah keturunan dan keluarga dari Datu (Raja) Jonggat yang dalam masyarakat mereka dipanggil Gde, Raden atau Lalu untuk laki-laki yang belum menikah dan Mamiq kalau mereka sudah menikah. Sedangkan untuk yang perempuan dipanggil Lale baik sebelum maupun sesudah menikah. Untuk golongan Pruangse mereka adalah para pembantu (punggawa) dari Datu (Raja) dan dimasyarakat mereka dipanggil Bape untuk laki-laki yang sudah menikah. Sedangkan untuk yang belum menikah tidak memiliki panggilan. Demikian juga dengan perempuan. Tetapi, untuk nama di sekolah atau diijazahnya yang laki-laki di depan namanya bisa ditambahkan dengan Lalu sedangkan untuk yang perempuan tidak ada. Dan golongan yang...
Baca selengkapnya